Sabtu, 12 Desember 2015

KONSEP BUDAYA DAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Tujuan pembangunan pada hakikatnya adalah untuk mencapai ‘kesejahteraan bagi semua’, yakni terpenuhinya hak setiap orang untuk hidup sehat, hingga dapat meraih hidup yang produktif dan berbahagia. Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diupayakan kegiatan dan strategi dalam setiap aspek kehidupan. Bukan saja aspek kesehatan, tetapi diperlukan strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik di jajaran kesehatan, non kesehatan maupun masyarakat sendiri, guna mengendalikan faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan (Prasetyawati, 2012).

Unsur-unsur kebudayaan adalah meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, yang merupakan hasil budi atau akal manusia. Dalam mengatasi masalah-masalah lebih berorientasi pada adaptasi dan pelaksanaan strategi terhadap keadaan sosial (Koentjaraningrat, 2002).

Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi. Sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman (Prasetyawati, 2012).

Masyarakat dan kebudayaan manusia dimanapun selalu berada dalam keadaan berubah. Mitos telah menjadi adat istiadat yang bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang biasa dan sangat mereka yakini. Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar diyakini. Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal dan ternyata ada faktanya. Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita mengulas soal mitos-mitos yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus mengetahui faktanya  (Alamsyah, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang yaitu lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dimana lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain dengan lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan dari orang lain, dalam memecahkan berbagai masalah individu maupun masalah-masalah sosial yang terjadi dalam lingkungan sekitar manusia.

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya dan adat istiadat yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang termasuk dalam perilaku kesehatan, sehingga petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai latar belakang suku, adat istiadat dan budaya yang berbeda, harus mampu memahami budaya masyarakat yang dilayaninya.


B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana hubungan budaya dengan gizi ?
2.      Apakah pengaruh budaya terhadap gizi berdampak buruk bagi kesehatan ?


C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan sosial  budaya.
2.      Untuk mengetahui tentang aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan












BAB II
PEMBAHASAN

1.      Hakikat Budaya
Secara ringkas, budaya terdiri dari suku kata yakni budi dan daya (akal). Dalam bahasa inggris disebut culture yang berarti segala upaya dan kegiatan manusia untuk mengelolah alam. Secara definisi, hakikat budaya memegang kompleks karena mencakup ideologi, kepercayaan, moral, hukum, adat dan lain sebagainya.
Kebudayaan jika dimaknai secara bebas adalah hasil cipta manusia yang dilandasi dari kebiasaan, kepedulian yang dibangun dengan sentuhan karya seni, yang bertujuan menunjukan eksitensi sebuah komunitas masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan ini berlangsung sejak lama dan diteruskan dari generasi ke generasi hingga sekarang ini.
Ketika budaya tumbuh pada sebuah komunitas masyarakat, maka masing-masing anggota masyarakat wajib memelihara budaya tersebut agar identitasnya tak luntur.

Adapun sifat-sifat dari suatu budaya adalah sebagai berikut :
1.      Terjadi karena perubahan perilaku kebiasaan manusia.
2.      Cenderung berkembang dalam setiap zaman.
3.      Tradisi tertentu masih perlu melakukan ritual tertentu karena manusia menganggap ada kekuatan lebih besar selain dari manusia, yakni Tuhan.
4.      Kebudayaan seperti musik cenderung abadi. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya langgam-langgam lawas yang dirilis ulang.
5.      Hukum dan budaya menghadapi persoalan yang serius. Hal ini sering terjadi ketika penentuan tanah berdasarkan hukum adat dan undang-undang agraria negara.

2.      Hakikat Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “Giza“ yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi. Lebih luas diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.
Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh makhluk hidup, yaitu:
1.      Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak
2.      Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari
3.      Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain
4.      Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit

3.      Pengaruh Sosial Budaya dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat

Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Selain masalah tersebut, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan sosial budaya masyarakat, misalnya tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama pada golongan wanita, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, perilaku, dan kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan (Simatupang, 2008).

Sosial budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan kesehatan. Yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan, yaitu semangat gotog royong dan kekeluargaan, serta sikap musyawarah dalam mengambil keputusan (Maryunani, 2011).
Pembangunan dalam suatu negara selain berdampak positif juga menimbulkan hal-hal negatif seperti timbulnya daerah kumuh (slum area) di perkotaan akibat pesatnya urbanisasi, polusi karena pesatnya perkembangan industri, banyak ibu-ibu karier yang tidak dapat mengasuh dan memberikan ASI secara optimal kepada anaknya, masalah kesehatan jiwa yang menonjol dan penyalahgunaan obat. Perkembangan penduduk dan pembangunan akan menghasilkan berbagai macam sampah yang dapat mengganggu kesehatan (Prasetyawati, 2012)
Masalah-masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek sosial budaya dapat dibedakan menjadi :
1.      Kesehatan Ibu dan Anak
Masih tingginya angka kematian dan kesuburan di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat tergadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah pendudukkebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya (Simatupang, 2008).

Tingkat pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah, mempunyai pengaruh besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi.

Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya :
a.       Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan
b.      Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan, telur,
c.       Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang,
d.      Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar,
e.       Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata,
Dikatakan merugikan karena beberapa hal tersebut di atas justru dibutuhkan dalam rangka peningkatan kondisi kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat kepada terhadap petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Petugas kesehatan pemerintah dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyia kharismatik (Prasetyawati, 2012).
Selain faktor tersebut, rendahnya kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan dikarenakan jauhnya lokasi pelayanan kesehatan dengan rumah penduduk sehingga walaupun masyarakat sudah mempunyai kemauan memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan, namun karena jauh dan harus segera mendapatkan pertolongan, akhirnya ia berobat ke dukun yang dekat lokasinya. Keadaan ini disikapi oleh pemerintah dengan berupaya membangun fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut, menempatkan tenaga kesehatan disertai dengan peralatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan dengan meningkatkan kemampuan petugas melalui pelatihan maupun pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Notoatmodjo, 2007).

2. Keluarga Berencana
Pada umumnya, masalah-masalah yang berkaitan dengan fertilitas dan laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang bersifat kaku. Mereka masih mempunyai pendapatan bahwa anak adalah sumber rezeki, atau banyak anak banyak rezeki. Anak adalah tumpuan di hari tuanya. Mereka tidak menyadari bahwa keterbatasan orang tua merupakan ancaman masa depan bagi si anak (Prasetyawati, 2012).
Selain itu, faktor agama juga sangat menentukan keberhasilan pengendalian penduduk. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya menggunakan agama sebagai pandangan hidup, misalnya islam, nasrani, mereka akan menentang program pengendalian penduduk berupa penggunaan alat kontrasepsi. Mereka menganggap bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi, berarti membunuh anak yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keadaan-keadaan ini merupakan tantangan bagi pelaksana program Keluarga Berencana (Simatupang, 2008).
3. Gizi
Jika kita berbicara tentang gizi, maka yang terpikir oleh kita adalah semua makanan yang kita makan. Ditinjau dari aspek sosial budaya, Koentjaraningrat menyebutkan bahwa makanan yang kita makan dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu nutrimen dan makanan. Nutrimen adalah suatu konsep biokimia yang berarti zat-zat dalam makanan yang menyebabkan bahwa individu yang memakannya dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik. Makanan dikatakan sebagai suatu konsep kebudayaan, yaitu merupakan bahan-bahan yang telah diterima dan diolah secara budaya untuk dimakan, sesudah melalui proses penyiapan dan penyuguhan yang juga secara budaya, agar dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik  (Simatupang, 2008).
Kesukaan makan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makannya sejak kanak-kanak. Keluarga dalam hal ini sangat menentukan kesukaan anak terhadap makanan tertentu. Makanan sebagai salah satu aspek kebudayaan sering ditentukan oleh keadaan lingkungan, misalnya wilayah yang sebagian besar memiliki pohon kelapa, maka jenis makanan yang dimakan banyak yang menggunakan santan atau kelapa, sedangkan wilayah yang sebagian besar terdiri dari perkebunan, jenis dan komposisi makanan banyak yang terbuat dari sayur-sayuran atau dikenal dengan lalapan. (Prasetyawati, 2012).
Rasa makanan yang disukai oleh suatu masyarakat umumnya bervariasi. Ada sekelompok masyarakat yang menyukai makanan yang rasanya pedas, manis, asin, dan sebagainya. Kelompok masyarakat yang menyukai makanan yang rasanya manis dapat ditemukan di daerah-daerah di Pulau Jawa, sedangkan makanan yang rasanya pedas dapat ditemukan di daerah-daerah Sumatera dan Sulawesi. Sehingga sering kali masyarakat tertentu yang datang ke suatu wilayah yang berbeda dengan jenis makanan yang biasa ia makan, ia perlu mengadakan penyesuaian terhadap makanan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa tidak mudah bagi seseorang untuk mengganti makanan yang biasa ia makan dengan jenis makanan yang baru ia kenal (Cayani, 2012).
Distribusi makanan dalam keluarga tidaklah sama dengan keluarga lain. Ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga. Seorang ayah yang dianggap sebagai pencari nafkah keluarga, harus diberikan makanan yang ‘lebih’ dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Kata lebih yang dimaksud meliputi kualitas, kuantitas, dan frekuensi makan. Ibu hamil tidak bisa makan dengan sebebasnya, tapi mempunyai keterbatasan tertentu, ada makanan-makanan tertentu yang tidak boleh dimakan oleh ibu hamil. Tamu dianggap sebagai raja, sehingga diberikan makanan yang tidak biasanya. Anak mempunyai makanan khusus seperti bubur nasi dan sebagainya. Sedangkan pembantu rumah tangga bisasnya diberikan makanan yang rendah kualitasnya (Notoatmodjo, 2007).
Masalah kekurangan gizi bukan saja disebabkan oleh faktor sosial-ekonomi masyarakat, namun berkaitan pula dengan faktor sosial-budaya masyarakat setempat. Seperti misalnya persepsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan masih belum sesuai. Menurut mereka, yang disebut dengan makan adalah makan sampai kenyang, tanpa memperhatikan jenis, komposisi, dan mutu makanan, pendistribusian makanan dalam keluarga tidak berdasarkan debutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, namun berdasarkan pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus, misalnya ibu hamil, bayi, balita, dan sebagianya (Maryunani, 2011)
Di samping hal tersebut, pengetahuan keluarga khususnya ibu memegang peranan yang cukup penting dalam pemenuhan gizi keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung nilai gizi tinggi, cara pengolahan, cara penyajian makanan, dan variasi makanan yang dapat menimbulkan selera makan anggota keluarganya, sangat berpengaruh dalam status gizi keluarga. Oleh karena itu, ibu lah sasaran utama dalam usaha-usaha perbaikan gizi keluarga (Prasetyawati, 2012).
Masalah kelebihan gizi, umumnya diderita oleh sekelomppok masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang cukup, disamping faktor pola makan terhadap jenis makanan tertentu, juga ditentukan oleh faktor herediter (Simatupang, 2008)
Dalam kaitannya dalam kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat, masalah gizi mempunyai pengaruh terhadap timbulnya penyakit-penyakit, misalnya anemia, pre-eklampsia, diabetes melitus, perdarahan, infeksi, dan sebagianya (Notoatmodjo, 2007).

Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.:
1.Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi sertapenyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2.Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golonganwanita
3.Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurangmenunjang dalam bidang kesehatan
4.Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan

Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan antara lain adalah faktor kemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual (Prasetyawati, 2012).










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada hakikatnya budaya sosial terjadi akibat adanya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang berbeda. Yang akhirnya berdampak dalam kehidupan. Sosial budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan kesehatan. Masalah-masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek sosial budaya dapat dibedakan menjadi masalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, dan gizi.

B.     Saran
1.      Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan  mengetahui dinamika masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
2.      Perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan.Penerbit Buku Kedokteran ECG: Jakarta.

      Cahyani. 2012.Sosial Budaya Kesehatan. Http:social/co/id. Diakses tanggal 1 November 2013.

      Koentjaraningrat, 2002, Pengantar Anthropologi.Nuha Medika.Yogyakarta.

      Maryunani,A. 2011. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info, Jakarta.

      Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Karya Medika. Jakarta.

      Simatupang, 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran




      http://andaners.wordpress.com/2009/04/20/konsep-diri-self-concept/. Diakses tanggal 5 Desember 2015


Viewers^^

Visitors, all I want to say thanks! ^^

Flag Counter

Search This Blog

hits

Popular Posts

MUSIC

Profile

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers