Pada
sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan
satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian, satu orang tersebut
akan menjadi bagian terbesar dalam agendamu. Dan hatimu takkan memberikan pilihan
apapun kecuali jatuh cinta, biarpun logika terus berkata bahwa risiko dari
jatuh cinta adalah terjerembab di dasar nestapa.
Pada
sebuah garis waktu yang merangkak maju, aka nada saatnya kau terluka dan
kehilangan pegangan. Yang paling menggiurkan setelahnya adalah berbaring,
menikmati kepedihan dan membiarkan garis waktu menyeretmu yang niat tak niat
menjalani hidup.
Lantas, mau sampai kapan ?
Sampai segalanya terlambat untuk
dibenahi ?
Sampai cahayamu benar-benar padam ?
Sadarkah bahwa Tuhan mengujimu karena
Dia percaya dirimu lebih kuat dari yang kau duga ?
Bangkit ! Hidup takkan
menunggu.
Pada
sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat
mundur pada titik-titik kenangan tertentu. Bahkan kau ingin tinggal di
dalamnya, walau hanya dalam mimpi. Namun, tiada guna, garis waktu takkan
memperlambat gerakannya barang sedetik pun. Ia hanya mampu maju, dan terus
maju. Dan mau tidak mau, kita harus ikut terseret dalam alurnya. Maka,
ikhlaskan saja kalau begitu. Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari
melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara
perlahan.