ANALISIS PENYIMPANGAN BAHASA
INDONESIA PADA MEDIA CETAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa seseorang dapat
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam menyampaikan pendapat
dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antarmanusia dalam
masyarakat memiliki sifat sosial yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap
lapisan masyarakat. Bahasa bukan individual yang hanya dapat dipakai dan
dipahami oleh penutur saja akan tetapi, pemakaian bahasa akan lebih tepat bila
antara penutur dan mitra tutur saling memahami makna tutur.
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan
kata-kata adalah pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran,
suasana hati, dan gejolak perasaan pembaca, pendengar, atau pemirsanya, jika
tidak menguasai bahasa jurnalistik dengan baik dan benar
Penulisan berita di media massa menggunakan bahasa jurnalistik yang
disyaratkan tampil menarik, variatif, segar, berkarakter. Selain itu, ia juga
harus senantiasa tampil ringkas dan lugas, logis, dinamis, demokratis. Dalam
bahasa jurnalistik, setiap kata harus bermakna, bertenaga, dan bercita rasa.
Kebanyakan penulisan berita di media massa sering terdapat penyimpangan-penyimpangan
dari kaidah penulisan tata bahasa yang benar. Karena alasan menarik, variatif,
segar, berkarakter itulah yang menyebabkan penulisan berita di media massa
tidak sesuai dengan kaidah penulisan tata bahasa yang benar.
Sebagai masyarakat Indonesia
tentunya kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang
berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi.
Namun, pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser
digantikan oleh pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam
situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Sehubungan dengan semakin maraknya
penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu
adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia
yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebuah permasalahan yaitu
penyimpangan penulisan dan penggunaan bahasa jurnalistik terhadap kaidah
penulisan Bahasa Indonesia yang benar. Dengan beberapa pertanyaan yang terkait
dengan permasalahan itu :
1. Apa
ciri-ciri bahasa jurnalistik?
2. Apa
penyebab terjadinya penyimpangan bahasa pada bahasa jurnalistik?
3. Apa
bentuk penyimpangan bahasa jurnalistik terhadap kaidah penulisan bahasa baku ?
4. Mengapa masyarakat sering
menggunakan bahasa gaul daripada menggunakan Bahasa Indonesia baku?
5. Apa yang menyebabkan masyarakat
lebih cepat menyerap bahasa gaul daripada Bahasa Indonesia baku?
6. Apa dampak positif dan negatif dari
penggunaan bahasa gaul bagi masyarakat, khususnya para remaja?
7. Bagaimana upaya kita agar penggunaan
Bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa gaul?
C.
TUJUAN
Tujuan penelitian
ini adalah :
1.
Mengetahui bentuk ragam bahasa jurnalistik
dan ciri-cirinya.
2.
Mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan pada bahasa jurnalistik.
3. Mengetahui
bentuk penyimpangan-penyimpangan pada bahasa jurnalistik
4.
Mengetahui
ciri-ciri bahasa gaul
5.
Mengetahui
faktor dan dampak dari penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja
6.
Penelitian
ini diharapkan akan meningkatkan mutu bahasa Indonesia agar tidak tergeser oleh
bahasa gaul
D.
MAFAAT
PENELITIAN
Hasil penelitian ini, diharapkan
bisa memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya remaja tentang
pengaruh bahasa gaul yang akan menggeser bahasa indonesia. Serta dampak negatif
dan positif penggunaan bahasa gaul di lingkungan remaja. Sehingga timbul upaya
masyarakat khususnya remaja untuk tetap menjaga dan melestarikan Bahasa
Indonesia.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah
Bahasa Indonesia
"Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah
pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa
dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas
bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia.
Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan
republik kita. Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar,
berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan
dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang
dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam
penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan
bahasa tidak baik dan tidak benar.
B.
Ciri-ciri
Bahasa Jurnalistik
Bahasa
jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam
harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa
jurnalistik itu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran
intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki
sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan
jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik,
mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama
tingkat pengetahuannya.
Oleh karena itu beberapa ciri
yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya:
1. Singkat,
artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan
bertele-tele.
2. Padat,
artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi
yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya.
Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi
kata.
3. Sederhana,
artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana,
bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif,
praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya
(bombastis)
4. Lugas,
artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi
secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .
5. Menarik,
artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan
berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
6.
Jelas, artinya informasi yang
disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca).
Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang
berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh
karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif.
Di awal tahun
1980-an terbersit berita bahwa bahasa Indonesia di media massa menyimpang dari
kaidah bahasa Indonesia baku. Roni Wahyono (1995) menemukan kemubaziran bahasa
wartawan di Semarang dan Yogyakarta pada aspek gramatikal (tata bahasa),
leksikal (pemilihan kosakata) dan ortografis (ejaan). Berdasarkan aspek
kebahasaan, kesalahan tertinggi yang dilakukan wartawan terdapat pada aspek
gramatikal dan kesalahan terendah pada aspek ortografi. Berdasarkan jenis
berita, berita olahraga memiliki frekuensi kesalahan tertinggi dan frekuensi
kesalahan terendah pada berita kriminal.
Penyebab
terjadinya penyimpangan bahasa jurnalistik terhadap kaidah penulisan tata
bahasa baku adalah minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang
terbatas, keterbatasan waktu untuk menulis, banyaknya naskah yang dikoreksi,
dan tidak tersedianya redaktur bahasa dalam surat kabar (Dad Murniah,
2007). Pendapat ini juga selaras dengan pernyataan yang dikeluarkan
oleh Lembaga Pers Dr. Soetomo.
“Penyebab
wartawan melakukan kesalahan bahasa dari faktor penulis karena minimnya
penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, dan kurang
bertanggung jawab terhadap pemakaian bahasa, karena kebiasaan lupa dan
pendidikan yang belum baik. Selain itu, Persaingan menjadi yang tercepat dalam
menyajikan berita, keterbatasan durasi atau tempat, dan tidak tersedianya
redaktur bahasa adalah beberapa penyebab terjadinya kesalahan penggunaan bahasa
di berita media massa. Pimpinan atau pemilik perusahaan pers seharusnya memberi
perhatian serius pada persoalan ini. (lpds, 2009)
D. Bentuk Penyimpangan Bahasa Jurnalistik
Terhadap Kaidah Penulisan Bahasa Baku
Menurut Abdul Wahid (2011), terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik
dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:
1.
Peyimpangan morfologis.
Peyimpangan ini sering terjadi
dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu
pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks yang berupa prefiks
“Afiks adalah bentuk atau morfem terikat yang dipakai untuk menurunkan kata,
prefiks adalah afiks yang diletakkan didepan kata dasar” (Hasan Alwi, 2003:
31). Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati
Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi
Kota Bagdad.
2.
Kesalahan sintaksis.
Kesalahan sintaksis berupa
pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering
mengacaukan pengertian “sintaksis adalah struktur kalimat yang meliputi sujek,
predikat, odjek, pelengkap dan keterangan”(Hasan Alwi, 2003: 326). Hal ini
disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak
Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut
diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika. Kasus
serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.
3.
Kesalahan kosakata.
Kesalahan ini sering dilakukan
dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan.
Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi
ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik
Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi
wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim
Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan
kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri,
ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di
era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang
bias makna semakin banyak.
4.
Kesalahan ejaan.
Kesalahan ini hampir setiap kali
dijumpai dalam surat kabar. Koran Tempo yang terbit 2 April 2001 yang lalu
tidak luput dari berbagai kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam
penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal
ditulis jadual, sinkron ditulis singkron, dll.
5.
Kesalahan pemenggalan.
Terkesan setiap ganti garis pada
setiap kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalan
bahasa Indonesia masih menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini
sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.
Untuk
menghindari beberapa kesalahan seperti diuraikan di atas adalah melakukan
kegiatan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, dan
ejaan. Selain itu, pemakai bahasa jurnalistik yang baik tercermin dari
kesanggupannya menulis paragraf yang baik. Syarat untuk menulis paragraf yang
baik tentu memerlukan persyaratan menulis kalimat yang baik pula. Paragraf yang
berhasil tidak hanya lengkap pengembangannya tetapi juga menunjukkan kesatuan
dalam isinya. Paragraf menjadi rusak karena penyisipan-penyisipan yang
tidak bertemali dan pemasukan kalimat topik kedua atau gagasan pokok lain ke
dalamnya.
Oleh karena itu seorang penulis
seyogyanya memperhatikan pertautan dengan (a) memperhatikan kata ganti; (b)
gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar; manakala sudut pandang
terhadap isi kalimat tetap sama, maka penempatan fokus dapat dicapai dengan
pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau
pasif, atau mengulang fungsi khusus. Sedangkan variasi dapat diperoleh dengan :
(1) pemakaian kalimat yang
berbeda menurut struktur gramatikalnya.
(2) memakai kalimat yang
panjangnya berbeda-beda.
(3) pemakaian urutan unsur
kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan dengan selang-seling.
E. Pengertian Bahasa Gaul
Menurut Mulyana (2008), bahasa gaul adalah sejumlah kata
atau istilah yang mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan
bertentangan dengan arti yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari
subkultur tertentu. Selain pendapat tersebut Sarwono (2004) mengatakan bahwa
bahasa gaul adalah bahasa khas remaja (kata-katanya diubah-ubah sedemikian
rupa, sehingga hanya bisa dimengerti di antara mereka) bisa dipahami oleh
hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal
istilah istilah itu berkembang, berubah dan bertambah hampir setiap hari. Kedua
defenisi itu saling melengkapi. Pada defenisi yang pertama hanya menerangkan
bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang mempunyai istilah yang unik, sedangkan
defenisi yang kedua diperjelas lagi bahwa yang menggunakan bahasa tersebut
adalah para remaja dan bahasa tersebut akan terus berkembang.
Bahasa Indonesia
|
Bahasa prokem
(informal)
|
Aku,
saya
|
Gue,
gua (ditulis pula gw)
|
Kamu
|
Lu,
lo (ditulis pula lw)
|
Penatlah!
|
Capek
deh!
|
Benarkah?
|
Emangnya
bener?
|
Tidak
|
Enggak
|
Tidak
peduli
|
Emang
gue pikirin!
|
F.Ciri-ciri bahasa gaul
Ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, yaitu:
singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek,
sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau
menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan menjadi mainan,
pekerjaan menjadi kerjaan, dsb. Adapun ciri-ciri bahasa gaul adalah sebagai
berikut :
1.
Word
clipping, suatu kata dipendekkan atau dipotong tanpa mengubah maknanya.
2.
Compounding,
dua kata atau lebih yang telah ada digabung menjadi satu kata baru.
3.
Abbreviation,
suatu kata diciptakan dengan mengambil inisial atau huruf dari beberapa kata
sehingga huruf-huruf tersebut menjadi satua kesatuan.
4.
Onomatopoeai,
pembentukan kata menirukan suara.
5.
Generalization
of proper names, mengembangkan kata dari sebutan asli.
6.
Borrowing
from dilect and foreign langunges, meminjam kata dari dialek dan bahasa asing.
7.
Extension
of meaning by analogy, suatu kata diciptakan dengan menggabungkan 2 hal yang
memiliki makna atau arti yang sama.
8.
Saying
word from behind (Malang’s prokem languange, mengucapkan kata dengan
membalikkan kata dari belakang ke depan
9.
Mengganti
satu dua huruf dengan huruf lain atau menghilangkan huruf di tengah-tengah
kata.
10.
Menukar
konsonan dan menggati satu dua huruf.
11.
Menembahkan
‘F’ atau ‘S’ pada setiap suku kata.
12.
Mengubah
sama sekali bentuk kata.
G. Faktor-faktor Pendukung Maraknya
Bahasa Gaul di Kalangan Remaja
Perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja sangatlah cepat.
Mengapa? Karena didukung oleh beberapa faktor yang cukup berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan remaja. Antara lain :
1.
Adanya
bahasa gaul ditandai dengan menjamurnya internet dan situs-situs jejaring
sosial yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat
situs-situs jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi agen dalam
menyebarkan pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang remaja di situs jejaring
sosial yang menggunakan bahasa ini, akan dilihat dan bisa jadi ditiru oleh
ribuan remaja lain. Misalnya, facebook, twitter, friendster.
2.
Karena
pengaruh lingkungan. Umumnya para remaja menyerap dari percakapan orang-orang
dewasa di sekitarnya, baik teman sebaya atau keluarga.
3.
Peran
media (elektronik) yang menggunakan istilah bahasa gaul dalam film-film
khusunya film remaja dan iklan, semisal dari adegan percakapan di televisi.
Aritnya bahasa gaul tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara
masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena “disuapi” oleh media.
Padahal media massa memiliki peran besar dalam perkembangan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang yang telah ada.
4.
Media
cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran. Selain
itu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang umumnya
menggunakan bahasa gaul.
5.
Dampak
dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi, di mana segala hal
yang ada di lingkungan kita harus selalu ter up-to date. Dampak dari
modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara berpakaian,
cara belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara bertutur kata
(pemakaian bahasa). Dilihat dari cara bertutur kata atau dalam pemakaian
bahasa, dewasa ini munculnya “Bahasa Gaul” sangat fenomenal terutama terlihat
pada kalangan masyarakat (remaja) khususnya yang ingin diakui sebagai remaja
jaman sekarang yang gaul, funky, dan keren. Kemunculan bahasa gaul ini dapat
menggeser penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan berkembang
sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah “memble aje” atau
“Biarin, yang penting kece” sempat terkenal. Istilah-istilah tersebut lantas
tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di antaranya, “so
what gitu loh”, “jayus”, dan “Kesian deh lo!”
H. Pengaruh Bahasa Gaul
terhadap Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi
sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada
kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang
benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian
bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini pemakaian
bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan
bahasa gaul.
Seiring dengan perkembangan zaman ke zaman khususnya di Negara Indonesia
semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa
Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh
masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan
datang. Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan
parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa
gaul ini. Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada
pemakaian bahasa Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat
luas di masyrakat, seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi
bangsa terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan
munculnya bahasa gaul dalam masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang
ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa diantaranya sebagai berikut:
1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam
Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah
generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa
Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan
dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam
kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi
muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi
dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai
meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini
jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini
diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak
menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
2.
Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia
Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya
orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih
untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa
Indonesia semakin pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga
menyebabkan turunnya derajat bahasa indonesia.
3.
Menyebabkan punahnya Bahasa Indonesia
Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak
di kalangan remaja merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa
indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman
sekarang. Sehingga tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang
karena tergeser oleh bahasa gaul di masa yang akan datang.
BAB
III
METODOLOGI
A. Metode
Pada penelitian ini, kami menggunakan metode
analisis isi . Analisis isi yang kita lakukan didapatkan dari media cetak
berupa koran dan majalah remaja. Analisis
isi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks.
Analisis isi juga dapat diartikan sebagai teknik penyelidikan yang
berusaha menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif.
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini kami lakukan dengan cara berdiskusi kelompok di perpustakaan UHAMKA pada
tanggal 19 Desember 2014 dan 23 Desember 2014 pukul 16.00 WIB – 16.30 WIB
C.
Sampel
Sampel yang kami
gunakan adalah koran dan majalah remaja.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data yang kami lakukan adalah menganalisis isi dari koran dan majalah remaja
tersebut dengan cara berdiskusi kelompok untuk mengamati penyimpangan Bahasa
Indonesia yang mungkin terdapat dalam koran dan majalah tersebut
B.
Solusi
Solusi
untuk penyimpangan Bahasa Indonesia ini adalah bahasa yang digunakan dalam
media cetak harus dikondisikan dengan pembaca dan jenis media cetak itu
sendiri. Karena bahasa yang kita gunakan dalam media cetak sifatnya harus
persuasif, maka dalam media cetak khususnya remaja maka bahasa yang kita digunakan
harus lebih menarik dan variatif agar menarik minat pembaca. Namun sebagai warga
negara yang baik, kita harus tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan kita,
yaitu Bahasa Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri bahasa
jurnalistik adalah singkat, padat, jelas, sederhana, lugas dan menarik (menurut
JS. Badudu). Dalam dunia jurnalistik, sering terjadi penyimpangan penulisan
yang disebabkan karena minimnya penguasaan kosa kata, pengetahuan kebahasaan
yang terbatas, keterbatasan waktu untuk menulis, banyaknya naskah yang
dikoreksi, dan tidak tersedianya redaktur bahasa dalam surat kabar. Kesalahan
atau penyimpangan tersebut adalah penyimpangan morfologi, sintaksis, kosa kata,
ejaan dan pemenggalan.
Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran
untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau
lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama
dikalangan remaja.
Apalagi dengan maraknya dunia
kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat
remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah
menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.
Dapat kita simpulkan banyaknya
kalangan remaja menggunakan bahasa gaul adakah akibat dari perkembangan
zamanyang kian mengalami kemajuan baik dari dunia pendidikan sampai teknologi.
B.
Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus tetap
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak terpengaruh pada
bahasa yang tidak baku yang tersedia dalam media cetak maupun elektronik. Hal
tersebut sudah sewajarnya kita lakukan dalam rangka mencegah agar Bahasa
Indonesia tidak tergeser dengan bahasa gaul.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu, J.S. 1988. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Lembaga Pers Dr. Soetomo. 2009. Kesalahan Bahasa Jurnalistik Perparah Kerusakan Bahasa. Jakarta.
Murniah, Dad. 2007. Kesalahan Bahasa Jurnalistik, Seputar Indonesia, 18 November 2007. hlm. 9.
Tubiyono. 2011. Bahasa Indonesia Jurnalistik, (online), (http://www.tubiyono.com/, diakses, 1 mei 2012)
Wahid, Abdul. 2011. Penyimpangan Bahasa Jurnalistik, (online), (http://www.pa-magelang.go.id/, diakses, 1 mei 2011)
http://susipurwanti2.blogspot.com/2013/02/makalah-pudarnya-penggunaan-bahasa.html
3 komentar:
golden goose outlet
balenciaga shoes
adidas tubular
yeezys
kd shoes
nike air max 97
supreme clothing
golden goose
yeezy
kobe 11
anchor i loved this click to read helpful site Recommended Reading useful site
s4m94v8b90 l5m72o8j29 c6w51u8d69 h4k43z5x94 o5j60b5x18 x1t00t2z37
Posting Komentar