‘
MORTALITAS
Dosen Pembimbing:
Nur Asiah, M.Kes
Ditulis oleh:
Danu Prabowo
Eva Rosdiana
Muhammad Rizal Aulia
Rahma Novia Astuti
PROGRAM STUDI PENGANTAR ILMU
KEPENDUDUKAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.
DR. HAMKA
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mortalitas atau kematian merupakan
salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan
penduduk. Dua komponen demografi lainnya adalah fertilitas (kelahiran)
dan migrasi. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah
melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang
ekonomi dan kesehatan.
Data kematian sangat di
perlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perencanaan pembangunan.Misalnya,
perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya
untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan
evaluasi terhadap programprogram kebijaksanaan penduduk.
Konsep mati perlu diketahui guna
mendapatkan data kematian yang benar. Dengan kemajuan ilmu kedokteran,
kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara
klinik. Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan, dikhawatirkan bisa terjadi
perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang kapan seseorang dikatakan
mati.
Menurut konsepnya, terdapat 3
keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat mutually exclusive, artinya
keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersama dengan salah satu keadaan
lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mortalitas
2. Untuk mengetahui sumber data kematian
3. Untuk mengetahui ukuran kematian
4.
Untuk mengetahui pengaruh mortalitas terhadap kesehatan
C. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan ukuran mortilitas?
2.
Bagaimana
cara mengetahui sumber data kematian?
3.
Bagaimana
mengetahui ukuran kematian?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ukuran Mortilitas
Ukuran kematian merupakan angka atau
indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat
kematian suatu penduduk. Ada berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang
paling sederhana sampai yang cukup kompleks. Namun demukian perlu di catat
bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu
angka tunggal saja. Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus
guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan. Hampir semua
ukuran kematian merupakan suatu “rate” atau “ratio”.
Rate merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan terjadinya suatu kejadian (misalnya: kematian, kelahiran, sakit,
dan sebagainya) selama peroide waktu-waktu tertentu.
Kematian (mortalitas) adalah peristiwa hilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat
setelah kelahiran hidup. (Budi Utomo, 1985). Morbiditas (penyakit/kesakitan)
adalah kondisi penyimpangan dari keadaan yang normal, yang biasanya
dibatasi pada kesehatan fisik dan mental. Pada kasus tertentu morbiditas ini
terjadi secara terus menerus (morbiditas kumulatif) yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian pada penderitanya.
Jenis kematian didalam rahim (intra uterin)
·
Abortus Abortus
Kematian janin
menjelang dan sampai umur 16 minggu.
·
Immatur Immatur
Kematian janin
antara umur kandungan diatas 16 minggu sampai pada umur kandungan 28 minggu.
·
Prematur Prematur
Kematian janin
di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu sampai waktu lahir.
Jenis kematian bayi di luar rahim (extra uterin)
·
Lahir mati mati (still birth)
Kematian baru baru lahir (neo natal
death) kematian bayi
sebelum berumur satu bulan tapi kurang dari setahun.
·
Kematian lepas baru lahir (post neo
natal death)
adalah kematian
bayi setelah berumur satu bulan tetapi kurang dari setahun.
·
Kematian bayi (infant mortality)
kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.
2. Sumber Data Kematian
Cara mengetahui sumber data kematian
dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, antara lain :
2.1. Sistem
registrasi fital
Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data kematian
yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah
peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi
vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang
bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian
kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin
memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2.2. Sensus dan survei penduduk
Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat yang bertujuan untuk
mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda dengan sistem
registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah
sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus
atau survei dapat digolongkan menjadi dua bagian :
a. Bentuk
lasungsung (Direct Mortality Data)
Data
kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang
ada tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya
kematian tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus
atau survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current
mortality Data’.
b. Bentuk tidak
langsung (Indirect Mortalilty Data)
Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang
‘Survivorship’ golonga penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan
sebagainya. Dalam kenyatan data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai
di Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data
‘Survivorship’ anak. Selain sumber data di atas, data kematian unutk penduduk
golongan tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah
sakit, dinas pemakaman, kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
c. Penelitian
Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan
dengan penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d.
Perkiraan
(estimasi)
Perkiraan tentang jumlah kematian dan kelahiran ini
didapatkan dari sensus penduduk yang dilakukan.
3. Cara
Pengukuran Angka Kematian
Ada beberapa cara pengukuran angka kematian diantaranya adalah:
3.1. Angka
Kematian Penyebab khusus: (AKP) jumlah
seluruh kematian karena penyebab dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebutdalam persen atau permil.
Rumus:
AKPK = Pt/P x k
Dimana :
AKPK = jumlah seluruh kematian
karena penyakit tertentu X 100%
P
= Jumlah penduduk yang mungkin terkena
Pt
= Penyakit tertentu pada pertengahan tahun
3.2. Angka Kasus
Fatal: jumlah seluruh kematian karena satu penyebab dalam jangka waktu tertentu
dibagi denganjumlah seluruh penderita pada waktu yang sama dalam persen atau
permil.
Rumus:
AKF = Pf/P
x 100%
Dimana :
P
= Jumlah
seluruh kematian
Pf
= Jumlah kematian karena penyakit tertentu
AKF = X 100%
3.3. Angka
Kematian Neonatal: (AKN) adalah jumlah
angka kematian bayi usia dibawah usia 28 hari pada jangka waktu (satu tahun)
dibagi jumlah kelahiran hidup pada jangka waktu tahun yang sama dalam persen
atau permil.
3.4.Angka
Kematian Ibu: jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan,
dan nifas dalam satu tahun dibagi denganjumlah kelahiran hidup pada tahun yang
sama dengan persen atau permil.
Rumus:
AKI = Pf/P x 100
Dimana :
AKI = Jumlah
kematian ibu karena kehamilan, kelahiran dan nifas X100
P = Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama
3.5. Tingkat
Kematian Kasar (Crude Death Rate)
adalah banyaknya kematian pada tahun
tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.
CDR = D/P x 100
Dimana :
D =
jumlah kematian pada tahun X
Pm = jumlah
penduduk pada pertengahan tahun x
k
= konstanta 1000
3.6. Tingkat Kematian Menurut Umur (
Age Specific Death Rate )
adalah jumlah
kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.
ASDR = Di/Pmi x k
Dimana :
Di =
Jumlah kematian pada kelompok umur (i)
Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada
kelompok umur (i)
k = Angka konstan (1000)
3.7. Tingkat
Kematian Bayi { Infant Death Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR)
IMR = D0/B x
1000
Dimana :
Do = Jumlah kematian bayi pada tahun
tertentu
B = Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu
k = bilangan konstan (1000)
Karakter
kelompok penduduk yang mempengaruhi Crude Death Rate (CDR) :
1) Antara penduduk
daerah pedesaan dandaerah perkotaan.
2) Penduduk
dengan lapangan pekerjaan yang berbeda.
3) Penduduk dengan
perbedaan pendapatan.
4) Perbedaan jenis kelamin.
5) Penduduk dengan
perbedaan status kawin.
4. Pengaruh
Mortalitas Terhadap Kesehatan Masyarakat
Di dalam studi ilmu kependudukan terdapat sebuah komponen
yang ikut mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yaitu
kematian atau mortalitas. Peristiwa kematian dapat disebabkan oleh banyak
faktor salah satunya adalah kesehatan. Suatu korelasi timbal balik antara
mortalitas dengan kesehatan masyarakat ada dua macam, yaitu korelasi yang
bersifat positif atau menguntungkan maupun korelasi yang bersifat negative atau
merugikan.
Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara
mortalitas dengan kesehatan masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka
kelajuan pertumbuhan penduduk yang tidak dapat terkendali dapat ditekan dan
secara otomatis kepadatan penduduk pun dapat berkurang sehingga terjadi pula
perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan menjadi fungsi lain yang
lebih bermanfaat misalnya pertanian, lahan perkebunan, sumber lapangan
pekerjaan, dan lain-lain. Dengan demikian kesejahteraan penduduk akan semakin
meningkat begitu pula derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi pada
suatu wilayah yang padat penduduknya maka letak bangunan yang satu dengan
lainnya saling berhimpitan sehingga menimbulkan banyak permasalahan kesehatan,
seperti sanitasi yang kurang memadai, kurangnya lahan sumber oksigen
(tumbuh-tumbuhan), dan sebagainya.
Korelasi yang bersifat negative atau merugikan antara
mortalitas dengan kesehatan masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu
wilayah itu sendiri. Dalam studi ilmu kesehatan masyarakat dipelajari berbagai
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan
teori H.L. Blum, diantaranya adalah karena faktor perilaku individu atau
masyarakat, pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik. Kematian dapat
disebabkan karena perilaku dan pola hidup yang tidak bersih dan sehat sehingga
menimbulkan penyakit, apabila penyakit tersebut menyebar ke masyarakat maka
dapat terjadi kematian penduduk dalam jumlah yang banyak. Kedua, kematian dapat
disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang kurang memadai, hal ini terkait dengan
kebijakan kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti adanya
penyelewengan dana penyediaan alkes, pembagian jamkesmas yang tidak merata dan
sesuai sasaran menyebabkan terjadinya kematian penduduk terutama penduduk yang
ada di bawah garis kemiskinan. Ketiga, banyak penyakit yang bersumber dari
lingkungan. Misalnya, lingkungan yang kumuh memiliki sedikit sumber oksigen
(tumbuh-tumbuhan), sedikitnya lahan untuk membuang sampah rumah tangga sehingga
mencemari tanah, air, dan udara. Keempat, banyaknya kematian juga dipengaruhi
oleh factor genetic, di mana seorang bayi yang lahir cacat bahkan meninggal
dunia dapat diakibatkan oleh gen orang tua yang mengandungnya, misalnya sang
orang tua tidak gemar mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi kandungannya atau
terdapat penyakit keturunan yang dibawa oleh orang tuanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Ukuran kematian merupakan angka atau indeks, yang di
pakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu
penduduk. Ada berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang cukup kompleks.
2.
Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh
dari berbagai macam sumber, antara lain registrasi fital dan sensus dan survey
penduduk.
3.
Ada beberapa cara pengukuran angka kematian
diantaranya adalah Angka Kematian Penyebab khusus (AKP), Angka Kasus Fatal, Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Ibu, Tingkat Kematian Kasar (Crude Death
Rate), Tingkat
Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate ), Tingkat
Kematian Bayi -Infant Death
Rate (IDR) /Infat Mortality Rate (IMR).
4.
Korelasi
yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan pertumbuhan penduduk
yang tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara otomatis kepadatan
penduduk pun dapat berkurang sehingga terjadi pula perubahan fungsi lahan yang
semula untuk perumahan menjadi fungsi lain yang lebih bermanfaat.
5.
Korelasi
yang bersifat negative atau merugikan antara mortalitas dengan kesehatan
masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu sendiri. Dalam
studi ilmu kesehatan masyarakat dipelajari berbagai faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat atau lebih dikenal dengan teori H.L. Blum,
diantaranya adalah karena faktor perilaku individu atau masyarakat, pelayananan
kesehatan, lingkungan, dan genetik.
B.
Saran
Kematian
dapat disebabkan karena perilaku dan
pola hidup yang tidak bersih dan sehat sehingga menimbulkan penyakit, apabila
penyakit tersebut menyebar kemasyarakat maka dapat terjadi kematian penduduk
dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu perlu ditingktkannya kegiatan
promotif, preventif, dan kuratif.
DAFTAR PUSTAKA
Mantra,
Ida Bagoes. 2009. Demografi Umum.
Jakarta : Pustaka Pelajar
Pollard,
A.H. Yusuf, F. , pollard, G.N. 1974. Demographic Techniques. pergamon
press Australia.
Barclay,
G.W. 1970. Techniques of population Analysis. John Wiley dan Sons, Inc.
New York, London, Sidney, Eight Printing.
Palmore,
J.A. 1971. Measuring Mortality : a self teaching guide to elementary
measures, papers of the East – west population Institute No. 15. Honolulu,
Hi.
Sumber
Internet :
http://www.bps.go.id diakses pada tanggal 9 April 2015.
http://bkkbn.go.id diakses pada tanggal 12 Aprill 2015.
0 komentar:
Posting Komentar