BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan pembangunan pada hakikatnya
adalah untuk mencapai ‘kesejahteraan bagi semua’, yakni terpenuhinya hak setiap
orang untuk hidup sehat, hingga dapat meraih hidup yang produktif dan
berbahagia. Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diupayakan kegiatan dan
strategi dalam setiap aspek kehidupan. Bukan saja aspek kesehatan, tetapi
diperlukan strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi
yang ada, baik di jajaran kesehatan, non kesehatan maupun masyarakat sendiri,
guna mengendalikan faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
lain yang mempengaruhi derajat kesehatan (Prasetyawati, 2012).
Unsur-unsur kebudayaan adalah meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat, yang merupakan hasil budi atau akal manusia.
Dalam mengatasi masalah-masalah lebih berorientasi pada adaptasi dan
pelaksanaan strategi terhadap keadaan sosial (Koentjaraningrat, 2002).
Berhasilnya pembangunan kesehatan
ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit,
pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh
wilayah Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih
jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak
terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu
burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang
semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan
yang semakin tinggi. Sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam
menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun
kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan
zaman (Prasetyawati, 2012).
Masyarakat dan kebudayaan manusia
dimanapun selalu berada dalam keadaan berubah. Mitos telah menjadi adat
istiadat yang bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi
suatu hal yang biasa dan sangat mereka yakini. Tidak sedikit mitos yang hanya
tinggal mitos, bahkan tidak layak untuk sekedar diyakini. Namun ternyata banyak
pula mitos yang dapat dinalar, diterima oleh akal dan ternyata ada faktanya.
Sehingga tidak ada salahnya apabila sekali waktu kita mengulas soal mitos-mitos
yang banyak ditemui di masyarakat sekaligus mengetahui faktanya (Alamsyah, 2011).
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi status kesehatan seseorang yaitu lingkungan baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, dimana lingkungan sosial ini dapat mempengaruhi
perilaku seseorang. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan
satu sama lain dengan lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan dari orang
lain, dalam memecahkan berbagai masalah individu maupun masalah-masalah sosial
yang terjadi dalam lingkungan sekitar manusia.
Masyarakat Indonesia yang terdiri
dari berbagai suku, budaya dan adat istiadat yang berbeda sehingga dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang termasuk dalam perilaku kesehatan, sehingga
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
mempunyai latar belakang suku, adat istiadat dan budaya yang berbeda, harus
mampu memahami budaya masyarakat yang dilayaninya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana hubungan budaya dengan
gizi ?
2. Apakah pengaruh budaya terhadap gizi
berdampak buruk bagi kesehatan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah
kesehatan yang berkaitan dengan sosial budaya.
2. Untuk mengetahui tentang aspek
sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hakikat Budaya
Secara ringkas, budaya terdiri dari suku kata yakni budi dan
daya (akal). Dalam bahasa inggris disebut culture yang berarti segala upaya dan
kegiatan manusia untuk mengelolah alam. Secara definisi, hakikat budaya
memegang kompleks karena mencakup ideologi, kepercayaan, moral, hukum, adat dan
lain sebagainya.
Kebudayaan jika dimaknai secara bebas adalah hasil cipta manusia
yang dilandasi dari kebiasaan, kepedulian yang dibangun dengan sentuhan karya
seni, yang bertujuan menunjukan eksitensi sebuah komunitas masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan
ini berlangsung sejak lama dan diteruskan dari generasi ke generasi hingga
sekarang ini.
Ketika budaya tumbuh pada sebuah komunitas masyarakat, maka masing-masing
anggota masyarakat wajib memelihara budaya tersebut agar identitasnya tak
luntur.
Adapun sifat-sifat dari suatu budaya adalah sebagai berikut :
Adapun sifat-sifat dari suatu budaya adalah sebagai berikut :
1. Terjadi karena perubahan perilaku
kebiasaan manusia.
2. Cenderung berkembang dalam setiap
zaman.
3. Tradisi tertentu masih perlu
melakukan ritual tertentu karena manusia menganggap ada kekuatan lebih besar
selain dari manusia, yakni Tuhan.
4. Kebudayaan seperti musik cenderung
abadi. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya langgam-langgam lawas yang
dirilis ulang.
5. Hukum dan budaya menghadapi
persoalan yang serius. Hal ini sering terjadi ketika penentuan tanah
berdasarkan hukum adat dan undang-undang agraria negara.
2.
Hakikat Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “Giza“ yang berarti
zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti
bahan makanan atau zat gizi. Lebih luas diartikan sebagai suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran
zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ
tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.
Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan
tubuh makhluk hidup, yaitu:
1. Memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak
2. Memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari
3. Mengatur metabolisme dan mengatur
berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain
4. Berperan dalam mekanisme pertahanan
tubuh terhadap berbagai penyakit
3.
Pengaruh
Sosial Budaya dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat
Tantangan
berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Selain masalah
tersebut, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan sosial
budaya masyarakat, misalnya tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama
pada golongan wanita, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat
istiadat, perilaku, dan kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan (Simatupang, 2008).
Sosial
budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang dilandasi
oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan kesehatan,
ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan kesehatan. Yang
menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan, yaitu
semangat gotog royong dan kekeluargaan, serta sikap musyawarah dalam mengambil
keputusan (Maryunani, 2011).
Pembangunan
dalam suatu negara selain berdampak positif juga menimbulkan hal-hal negatif seperti
timbulnya daerah kumuh (slum area) di perkotaan akibat pesatnya urbanisasi,
polusi karena pesatnya perkembangan industri, banyak ibu-ibu karier yang tidak
dapat mengasuh dan memberikan ASI secara optimal kepada anaknya, masalah
kesehatan jiwa yang menonjol dan penyalahgunaan obat. Perkembangan penduduk dan
pembangunan akan menghasilkan berbagai macam sampah yang dapat mengganggu
kesehatan (Prasetyawati, 2012)
Masalah-masalah kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan aspek sosial budaya dapat dibedakan menjadi :
1.
Kesehatan Ibu dan Anak
Masih
tingginya angka kematian dan kesuburan di Indonesia berkaitan erat dengan
faktor sosial budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya
wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai,
tingkat kepercayaan masyarakat tergadap pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan yang masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari
rumah-rumah pendudukkebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat dan perilaku
masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya (Simatupang, 2008).
Tingkat
pendidikan terutama pada wanita dewasa yang masih rendah, mempunyai pengaruh
besar terhadap masih tingginya angka kematian bayi.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat
dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat
terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat
istiadat yang merugikan seperti misalnya :
a. Ibu hamil dilarang tidur siang
karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan
b. Ibu menyusui dilarang makan makanan
yang asin, misalnya: ikan, telur,
c. Ibu habis melahirkan dilarang tidur
siang,
d. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh
diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar,
e. Ibu post partum harus tidur dengan
posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata,
Dikatakan
merugikan karena beberapa hal tersebut di atas justru dibutuhkan dalam rangka
peningkatan kondisi kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat kepada terhadap
petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada
dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia
lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Petugas kesehatan
pemerintah dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di
wilayahnya dan tidak mempunyia kharismatik (Prasetyawati, 2012).
Selain faktor tersebut, rendahnya
kunjungan masyarakat ke pelayanan kesehatan dikarenakan jauhnya lokasi
pelayanan kesehatan dengan rumah penduduk sehingga walaupun masyarakat sudah
mempunyai kemauan memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan, namun karena
jauh dan harus segera mendapatkan pertolongan, akhirnya ia berobat ke dukun
yang dekat lokasinya. Keadaan ini disikapi oleh pemerintah dengan berupaya
membangun fasilitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut, menempatkan tenaga
kesehatan disertai dengan peralatan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan,
peningkatan kualitas pelayanan dengan meningkatkan kemampuan petugas melalui
pelatihan maupun pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Notoatmodjo, 2007).
2. Keluarga Berencana
Pada umumnya, masalah-masalah yang
berkaitan dengan fertilitas dan laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh pola
pikir masyarakat yang bersifat kaku. Mereka masih mempunyai pendapatan bahwa
anak adalah sumber rezeki, atau banyak anak banyak rezeki. Anak adalah tumpuan
di hari tuanya. Mereka tidak menyadari bahwa keterbatasan orang tua merupakan
ancaman masa depan bagi si anak (Prasetyawati, 2012).
Selain itu, faktor agama juga sangat
menentukan keberhasilan pengendalian penduduk. Pada beberapa daerah yang
masyarakatnya menggunakan agama sebagai pandangan hidup, misalnya islam,
nasrani, mereka akan menentang program pengendalian penduduk berupa penggunaan
alat kontrasepsi. Mereka menganggap bahwa dengan menggunakan alat kontrasepsi,
berarti membunuh anak yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Keadaan-keadaan ini merupakan tantangan bagi pelaksana program Keluarga
Berencana (Simatupang, 2008).
3. Gizi
Jika kita berbicara tentang gizi,
maka yang terpikir oleh kita adalah semua makanan yang kita makan. Ditinjau
dari aspek sosial budaya, Koentjaraningrat menyebutkan bahwa makanan yang kita
makan dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu nutrimen dan makanan. Nutrimen
adalah suatu konsep biokimia yang berarti zat-zat dalam makanan yang
menyebabkan bahwa individu yang memakannya dapat hidup dan berada dalam kondisi
kesehatan yang baik. Makanan dikatakan sebagai suatu konsep kebudayaan, yaitu
merupakan bahan-bahan yang telah diterima dan diolah secara budaya untuk
dimakan, sesudah melalui proses penyiapan dan penyuguhan yang juga secara
budaya, agar dapat hidup dan berada dalam kondisi kesehatan yang baik (Simatupang, 2008).
Kesukaan makan seseorang sangat
dipengaruhi oleh kebiasaan makannya sejak kanak-kanak. Keluarga dalam hal ini
sangat menentukan kesukaan anak terhadap makanan tertentu. Makanan sebagai
salah satu aspek kebudayaan sering ditentukan oleh keadaan lingkungan, misalnya
wilayah yang sebagian besar memiliki pohon kelapa, maka jenis makanan yang
dimakan banyak yang menggunakan santan atau kelapa, sedangkan wilayah yang
sebagian besar terdiri dari perkebunan, jenis dan komposisi makanan banyak yang
terbuat dari sayur-sayuran atau dikenal dengan lalapan. (Prasetyawati,
2012).
Rasa makanan yang disukai oleh suatu
masyarakat umumnya bervariasi. Ada sekelompok masyarakat yang menyukai makanan
yang rasanya pedas, manis, asin, dan sebagainya. Kelompok masyarakat yang
menyukai makanan yang rasanya manis dapat ditemukan di daerah-daerah di Pulau
Jawa, sedangkan makanan yang rasanya pedas dapat ditemukan di daerah-daerah
Sumatera dan Sulawesi. Sehingga sering kali masyarakat tertentu yang datang ke
suatu wilayah yang berbeda dengan jenis makanan yang biasa ia makan, ia perlu
mengadakan penyesuaian terhadap makanan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
tidak mudah bagi seseorang untuk mengganti makanan yang biasa ia makan dengan
jenis makanan yang baru ia kenal (Cayani, 2012).
Distribusi makanan dalam keluarga
tidaklah sama dengan keluarga lain. Ada aturan-aturan tertentu yang harus
dipenuhi oleh anggota keluarga. Seorang ayah yang dianggap sebagai pencari
nafkah keluarga, harus diberikan makanan yang ‘lebih’ dibandingkan dengan
anggota keluarga lainnya. Kata lebih yang dimaksud meliputi kualitas,
kuantitas, dan frekuensi makan. Ibu hamil tidak bisa makan dengan sebebasnya,
tapi mempunyai keterbatasan tertentu, ada makanan-makanan tertentu yang tidak
boleh dimakan oleh ibu hamil. Tamu dianggap sebagai raja, sehingga diberikan
makanan yang tidak biasanya. Anak mempunyai makanan khusus seperti bubur nasi
dan sebagainya. Sedangkan pembantu rumah tangga bisasnya diberikan makanan yang
rendah kualitasnya (Notoatmodjo, 2007).
Masalah kekurangan gizi bukan saja disebabkan
oleh faktor sosial-ekonomi masyarakat, namun berkaitan pula dengan faktor
sosial-budaya masyarakat setempat. Seperti misalnya persepsi masyarakat
terhadap pemenuhan kebutuhan masih belum sesuai. Menurut mereka, yang disebut
dengan makan adalah makan sampai kenyang, tanpa memperhatikan jenis, komposisi,
dan mutu makanan, pendistribusian makanan dalam keluarga tidak berdasarkan
debutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga, namun
berdasarkan pantangan-pantangan yang harus diikuti oleh kelompok khusus,
misalnya ibu hamil, bayi, balita, dan sebagianya (Maryunani, 2011)
Di samping hal tersebut, pengetahuan
keluarga khususnya ibu memegang peranan yang cukup penting dalam pemenuhan gizi
keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung nilai gizi
tinggi, cara pengolahan, cara penyajian makanan, dan variasi makanan yang dapat
menimbulkan selera makan anggota keluarganya, sangat berpengaruh dalam status
gizi keluarga. Oleh karena itu, ibu lah sasaran utama dalam usaha-usaha perbaikan
gizi keluarga (Prasetyawati, 2012).
Masalah kelebihan gizi, umumnya
diderita oleh sekelomppok masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang
cukup, disamping faktor pola makan terhadap jenis makanan tertentu, juga
ditentukan oleh faktor herediter (Simatupang, 2008)
Dalam kaitannya dalam kesehatan ibu
dan anak serta kesehatan masyarakat, masalah gizi mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya penyakit-penyakit, misalnya anemia, pre-eklampsia, diabetes melitus,
perdarahan, infeksi, dan sebagianya (Notoatmodjo, 2007).
Tantangan berat yang masih dirasakan
dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.:
1.Jumlah penduduk yang besar dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi sertapenyebaran penduduk yang tidak merata di
seluruh wilayah.
2.Tingkat pengetahuan masyarakat yang
belum memadai terutama pada golonganwanita
3.Kebiasaan negatif yang berlaku di
masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurangmenunjang dalam bidang
kesehatan
4.Kurangnya peran serta masyarakat
dalam pembangunan bidang kesehatan
Aspek
sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan antara lain adalah faktor
kemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan
homoseksual (Prasetyawati, 2012).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
hakikatnya budaya sosial terjadi akibat adanya perbedaan yang mencolok antara
nilai dalam masyarakat dengan realita yang berbeda. Yang akhirnya berdampak
dalam kehidupan. Sosial budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal
manusia yang dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila
dikaitkan dengan kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang
menguntungkan kesehatan. Masalah-masalah
kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan aspek sosial budaya dapat dibedakan
menjadi masalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, dan gizi.
B.
Saran
1. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui
dinamika masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu
ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
2. Perlu mempelajari bahasa lokal agar
lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama
dan rasa persaudaraan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alamsyah, 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan.Penerbit Buku Kedokteran ECG:
Jakarta.
Cahyani.
2012.Sosial Budaya Kesehatan. Http:social/co/id. Diakses tanggal 1 November
2013.
Koentjaraningrat,
2002, Pengantar Anthropologi.Nuha Medika.Yogyakarta.
Maryunani,A.
2011. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Penerbit Trans Info, Jakarta.
Notoatmodjo,
2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Karya Medika. Jakarta.
Simatupang, 2008.
Manajemen Pelayanan Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran
http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-status-kesehatan. Diakses tanggal 5 Desember 2015
http:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/aspek-sosial-budaya-yang-berhubungan.html. Diakses tanggal 5 Desember 2015.
http:///G:/semester%202%20new/Semester%202/Ilmu%20Dasar%20Sosial/budaya-yang-mempengaruhi-kesehatan.html. Diakses tanggal 5 Desember 2015
1 komentar:
supreme
yeezy boost
golden goose sneakers
nike off white
off white
jordan shoes
yeezy boost
yeezy shoes
kate spade handbags
louboutin
Posting Komentar